PMK EXODUS STMIK AKAKOM

UKM PMK Exodus merupakan Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Kristen di lingkungan STMIK Akakom Yogyakarta. Sebagai wadah kegiatan mahasiswa-mahasiswi STMIK Akakom yang beragama Kristen Protestan

Makrab 2012

griya hening (wisma susteran) kalikuning

Hakrab 2010

ketep pass 26 maret 2010

Hakrab 2010

ketep pass 26 maret 2010

Persekutuan

Persekutuan Rutin Setiap Hari jumat ,jam 11.30,Diruang S.3.3 STMIK AKAKOM YOGYAKARTA

Kamis, 22 Maret 2012

Cara Tuhan Menjawab Doa Kita

Ada seorang tentara Amerika yang melayani Tuhan berdiri di pinggir jalan untuk mencari tumpangan ke kota Chicago di Illinois.
Sebenarnya perbuatan "hitchiking" ini melanggar hukum dan sangat berbahaya, tetapi tidak ada alternatif lain bagi tentara ini kecuali melakukan hal itu.

Tiba-tiba sebuah limousine (mobil Cadillac panjang yang pintunya di tiap sisi ada empat buah itu) warna hitam menghampiri tentara itu dan memberikan tumpangan.
Tentara dan pemilik limousine tersebut saling berkenalan (siapa namanya, asalnya dari mana, kerja di mana, dsb) dan Tiba-tiba ROH KUDUS membisikkan dalam hati tentara ini untuk membagikan berita mengenai keselamatan di alam KRISTUS kepada pemilik limousine ini.

Tentara itu menolak bisikan Roh tersebut, karena pikirnya, masakan saya habis melanggar hukum tiba2 memberitakan KRISTUS, dan terlebih lagi karena tentara ini TAKUT dipukuli pemilik limousine ini dan diturunkan di tengah jalan.

Tapi bisikan ROH KUDUS tersebut sedemikian kuat sehingga tentara ini tidak tahan lagi dan berkata kepada pemilik limousine ini, "Pak... boleh nggak saya menanyakan masalah pribadi?"

"Oh, boleh saja," jawab Bapak ini, "Pertanyaan apa?"

"Kalau misalnya Bapak meninggal dunia besok pagi, Bapak kira-kira akan masuk surga atau masuk neraka?"

"Kamu tahu nggak?" jawab Bapak ini, "Sesaat sebelum saya memberimu tumpangan, saya juga tiba-tiba memikirkan hal itu, dan saya pikir kalau saya mati besok, saya akan masuk neraka."

"Bapak mau nggak saya beritahu caranya masuk surga?" tanya tentara ini.

"Oh, tentu saja mau," jawab Bapak itu.

Tentara itu lalu mulai membagikan berita keselamatan mengenai YESUS KRISTUS dan menantang Bapak ini untuk menerima YESUS KRISTUS sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya.
Bapak itu bersedia menerima YESUS, dan ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan mengajak tentara itu membimbing dia berdoa untuk menerima YESUS sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
Air mata meleleh di pipi Bapak ini.
Ia mengatakan, " kamu tahu nggak? Malam ini kamu sudah melakukan hal yang sangat besar bagi hidup saya, saya nggak akan pernah melupakan apa yang kamu sudah lakukan bagi hidup saya Chicago,
ketika tentara ini mohon diri (turun dari mobil), Bapak itu memberikan satu kartu nama sambil berkata, "Ketahuilah... hari ini anda sudah melakukan hal yang sangat penting dalam hidup saya.
Kapan-kapan kalau main ke Chicago hubungilah saya di alamat ini." dan tak lama kemudian mereka berpisah.

Waktu lima tahun sudah berlalu dan tentara ini kemudian kembali berkunjung ke kota Chicago, dan ia ingat akan kartu nama yang diberikan oleh Bapak pemilik limousine ini kepadanya.
Tentara ini ingin tahu kabar mengenai Bapak tersebut, dan ia datang ke alamat yang tertera di kartu nama tersebut, dan ia sampai ke sebuah gedung pencakar langit kantor pusat sebuah perusahaan raksasa di Amerika Serikat.

Ia memberikan kartu tersebut kepada satpam, dan satpam itu sangat terkejut dan bertanya, "Dari mana kamu dapatkan kartu ini?"
Tentara itu menjawab, "Yang empunya kartu itu sendiri yang memberikannya kepada saya." sehingga satpam itu menjawab, "Kamu naik ke lantai paling atas, sampai sana belok kiri dan kamu tanya pada sekretaris yang ada di sana."
Tentara itu naik ke lantai paling atas dan memberikan kartu nama itu kepada sekretaris yang ada di sana yang juga sangat terkejut, "Dari mana anda dapatkan kartu ini?"

Jawab tentara itu, "Wah... panjang ceritanya... tapi beliau sendiri yang memberikannya kepada saya."
"Bapak ini sekarang tidak ada di sini...apakah anda ingin bertemu dengan istrinya?"
"Boleh", jawab tentara itu, dan ia dipertemukan dengan istri Bapak itu yang adalah Presiden Direktur dari perusahaan raksasa tersebut.

"Dari mana kamu peroleh kartu ini?" tanya ibu (istri) tersebut.
Tentara itu menceriterakan ihwal pertemuannya dengan Bapak itu dan bagaimana Bapak itu menerima YESUS sebagai penyelamatnya.
Mendengar itu semua meledaklah tangis Ibu tersebut.
Ia menceriterakan bahwa tak lama sesudah menurunkan tentara itu, limousine tersebut memperoleh kecelakaan yang sangat fatal yang menewaskan Bapak tersebut.
Ibu itu mengatakan bahwa bertahun-tahun ia berdoa supaya suaminya diselamatkan, dan ia mengira bahwa suaminya meninggal tanpa diselamatkan, sehingga ia begitu marah kepada Tuhan dan meninggalkan gereja dan pelayanannya.

Apa yang dilakukan oleh tentara itu adalah hal yang paling penting yang pernah terjadi dalam hidup Bapak itu, tetapi hal yang tidak kalah penting lagi ialah CARA Allah mengabulkan doa ibu itu.

Ibu itu sadar bahwa Allah BEKERJA di dalam doa2 yang disampaikannya TANPA memberitahu Ibu tersebut bahwa doanya TELAH DIKABULKAN TUHAN.

Dari kisah ini kita bisabelajar:
HARUSKAH Tuhan itu memberitahu kita apabila Ia bekerja dalam rangka mengabulkan doa-doa kita?
TIDAKKAH mata iman kita itu bisa melihat bahwa di balik doa yang SEPERTINYA tidak dikabulkan oleh Tuhan itu, TERNYATA Tuhan bekerja untuk mengabulkan doa2 kita?
Sedemikian cepatnyakah kita MENUDUH bahwa Tuhan itu tidak setia,
Tuhan itu berbohong,
Tuhan itu tidak menjawab doa-doa kita,
dan Tuhan itu tidak berkenan atas doa-doa kita?
HARUSKAH Allah itu mengabulkan doa kita dengan cara yang
SESUAI dengan cara yang kita sodorkan kepada Tuhan?
Apakah kita sudah sedemikian "dijangkiti" oleh "doa instan" yang "harus dikabulkan hari ini juga",
"harus dikabulkan tahun ini juga" dan lain sebagainya?

GBU

True Worshippers Youth - Higher Deeper

TrackList :

1. Bangkit dan Bersinar
2. S'lamanya Setia
3. Everything I Need
4. Higher Deeper
5. Terindah
6. Lebih Dalam Kumenyembah
7. Sorakkan Kemenangan
8. Sumber Pengharapan
9. Kusembah Engkau S'lamanya
10. Above All Things
11. Lifted Up
12. Kau Terhebat


download


Pass : music4bless

Rabu, 21 Maret 2012

Selasa, 20 Maret 2012

Nikita - Love Eternal

Nich ada reperensi lagu lumayan enak musiknya  semoga kalian suka hehe

Track listing:
1. 'Ku Tetap Pegang Salib Yesus
2. 'Ku Tak Dapat Jalan Sendiri
3. Tak Tersembunyi Kuasa Allah
4. Bertobatlah
5. Great Is Thy Faithfulness
6. Mampirlah, Dengar Doaku (Kidung Jemaat 26)
7. Amazing Grace
8. Nun di Bukit yang Jauh (NKB 83)
9. Apa Pun Juga MenimpaMu (Kidung Jemaat 438)
10. 'Ku Berbahagia/Blessed Assurance (Kidung Jemaat 392)


Download Part 1
Download Part 2

Kontak

Contact Peson

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) Exodus
STMIK AKAKOM YOGYAKARTA

Sekretariat : Jln.Raya Janti 143 Karang Jambe Yogyakarta 55198
Telp.(0274)486664,Email.pmkexodus@gmail.com

BASIS DATA 2 - SI (ERNA HUDIANTI)

MATAKULIAH : BASIS DATA 2
DOSEN PENGAMPU : Erna hudianti
JURUSAN : Sistem Informasi


Semoga bermamfaat GBU

Datawarehouse dan Data Mining - SI (ERNA HUDIANTI)

Matakuliah : Datawarehouse dan Data Mining
Dosen pengampu : Erna hudiayanti
Jurusan : Sistem informasi 


Silahkan di download semoga berguna GBU ALL

Senin, 19 Maret 2012

YESUS SUNGGUH MENGASIHIMU

Setiap hari Minggu sore, setelah kebaktian pagi di gereja mereka, Pak pendeta dan anak lelakinya yang berumur 11 tahun, biasanya pergi keluar jalanan untuk membagi-bagi traktat Injil kepada penduduk kota itu.
Di hari minggu yang khusus itu, sang pendeta dan anaknya keluar ke jalanan, tetapi cuacanya amat dingin disertai hujan lebat.
Anak itu mengenakan pakaiannya yang paling tebal dan kering serta berkata, "OK Pap, aku sudah siap." Ayahnya bertanya, "Siap untuk apa?"
"Pap, sudah waktunya untuk membawa traktat Injil dan pergi keluar."
Pendeta itu membalas, "Nak, cuaca di luar amat dingin dan lagi hujannya amat lebat".
Anak itu memandang ayahnya dengan heran dan mengatakan, "Namun Pap, apakah banyak orang tidak jadi pergi ke neraka kalau sedang hujan?"
Ayahnya menjawab, "Nak, aku tidak akan pergi dalam cuaca yang begini." Dengan hampir putus asa anak itu bertanya, "Pap, apa aku boleh pergi sendirian?"
Ayahnya untuk beberapa saat ragu-ragu, namun kemudian menjawab, "Nak, kamu boleh pergi sendiri. Ini traktatnya. Hati-hatilah."
"Terima kasih, Pap"
Anak berumur 11 tahun ini langsung keluar rumah dan mulai pergi ke rumah-rumah untuk membagi traktat Injil.
Setelah dua jam kemudian, ia sudah basah kuyup karena hujan.
Traktatnya tinggal satu lembar.

Ia berhenti di sudut jalan dan mencari seseorang untuk diberi traktat yang terakhir itu, namun di jalan tak ada seorangpun yang lewat.
Kemudian la pergi ke sebuah rumah pertama yang la lihat dan la menekan bel rumah itu.
Namun tidak ada orang yang menjawab.
la berulang-ulang menekan belnya, tetap tidak ada orang yang membukakan pintunya.
Sekali lagi ia menekan belnya dan kemudian menunggu, namun tetap tidak ada jawaban.
Akhirnya ketika la hendak meninggalkan tempat itu, ada sesuatu yang mencegahnya.
Ia kembali ke pintu depan rumah itu kemudian menekan sekali lagi disertai mengetuk pintunya dengan keras.
Kali ini, pintunya dibuka dan di tengah pintu berdiri seorang wanita tua. Wanita itu bertanya dengan pelan, "Ada apa, nak?"
Dengan mata yang berbinar serta senyuman yang amat ramah, ia berkata, "Ibu, maaf kalau aku mengganggumu.Namun aku ingin mengatakan, 'YESUS sungguh mengasihi Ibu'. Aku datang untuk memberi lbu selembar traktat yang menceritakan segala sesuatu tentang YESUS dan Kasih-Nya yang ajaib." Kemudian ia menyerahkan traktatnya yang tinggal satu lembar itu dan membalikkan badannya untuk segera pergi.
Wanita itu memanggilnya ketika ia akan pergi dan berkata, "Terima kasih, nak! Semoga Tuhan memberkatimu."

Hari Minggu berikutnya di dalam gereja, Pak pendeta berada di atas mimbar dan hendak mulai dengan kebaktian.
Sebelumnya ia mengundang jemaat dan bertanya, "Apakah di antara jemaat ada yang ingin memberikan kesaksian atau ingin mengatakan sesuatu?"

Dari belakang gereja, di barisan yang paling terakhir, berdirilah seorang wanita tua.
Dan ketika ia mulai berbicara, wajahnya bersinar amat cerah. "Tidak ada orang dalam gereja ini yang mengenal aku. Akupun tak pernah datang ke gereja ini. Pasalnya, sebelum minggu yang lalu, aku bukan seorang percaya. Suamiku telah meninggal dunia dan meninggalkan aku seorang diri. Hari minggu yang lalu dengan cuaca yang amat dingin disertai hujan lebat, membuat jiwaku lebih parah lagi karena aku sejak lama sudah kehabisan akal dan sudah meninggalkan semua harapan untuk ingin hidup terus."
"Jadi aku mengambil tali dan kursi kemudian naik tangga ke loteng rumah. Aku mengikat ujung tali yang satu erat-erat di balok kuda-kuda rumah dan mengikat ujung lain tali itu melingkari leherku. Dengan berdiri di atas kursi itu aku merasa begitu kesepian dan begitu patah hati. Ketika aku hendak meloncat dari kursi, pada saat itu aku mendengar bel pintu depan berdering kencang, sehingga aku terkejut. Aku berpikir, "Aku akan menunggu satu menit. Aku yakin, siapapun yang menekan bel itu pasti akan pergi. Aku menunggu dan menunggu, namun bel itu terus berdering tak henti-henti. Akhirnya orang itu pun mulai mengetuk-ngetuk pintu dengan keras. Aku berpikir lagi, "Siapakah orang itu? Tidak pernah ada orang yang mengebelku atau datang untuk mengunjungiku! " Aku melemparkan ikatan tali di leherku dan berialan ke pintu depan, sementara bunyi bel semakin kencang. Ketika aku membuka pintu depan, aku hampir tak percaya apa yang kulihat. Di depan pintu terlihat seorang anak kecil dengan wajah yang cerah, laksana malaikat yang tak pernah aku kenal seumur hidupku. Senyumnya... Aduh, aku tak dapat melukiskannya untuk kalian. Dan kata-kata yang keluar dari mulutnya membuat hatiku yang telah lama mati, meloncat dan hidup kembali, ketika la berseru dengan suara seperti malaikat, "YESUS SUNGGUH MENGASIHIMU!" Kemudian ia memberikan aku selembar traktat yang kubawa ini.

Ketika malaikat kecil itu menghilang ditelan hujan yang lebat, aku menutup pintu dan membaca dengan pelan setiap kata dari Injil itu. Kemudian aku kembali ke loteng untuk mendapatkan tali dan kursi. Aku tidak memerlukannya lagi. Pasalnya, kini aku sudah jadi anak yang bahagia dari RAJA dan karena alamat dari gereja kalian berada di balik traktat itu, aku datang di sini hendak mengucapkan terima kasihku secara pribadi kepada malaikat kecilku, "Terima kasih kepada malaikat utusan Tuhan yang datang sungguh tepat pada waktunya sehingga dengan demikian, jiwaku telah diselamatkan dari keabadian neraka."

Tidak ada mata yang kering dalam gereja.
Ketika gereja dipenuhi dengan seruan dan teriakan untuk memuliakan Nama Tuhan, pendeta, ayah anak itu turun dari mimbar dan datang ke bangku di mana anak kecil itu duduk. Ia merangkulnya dengan mesra dan menangis tanpa dapat dikuasainya lagi.

Mungkin tak ada gereja yang mengalami saat-saat yang mulia dan mungkin di dunia ini tidak pernah kita lihat seorang ayah yang hatinya dipenuhi dengan kasih dan kehormatan untuk anaknya, kecuali Bapa surgawi, yang mengijinkan Anak-Nya, YESUS, untuk keluar ke dalam dunia yang gelap, dan dingin.

Ia telah menerima kembali Anak-Nya dengan sukacita yang tak terlukiskan. Dan apabila seluruh surga penuh dengan seruan pujian dan kemuliaan untuk menghormati sang Raja, maka Ia mendudukkan Anak-Nya di atas singgasana, jauh lebih tinggi dari semua dan segala penguasa, kuasa dan nama.

Mungkin, di antara pembaca ada juga yang harus melalui saat-saat yang gelap, dingin dan sepi dalam hatimu.
Anda mungkin seorang yang percaya, karena kita pun mempunyai banyak masalah, atau mungkin Anda belum mengenal Raja di atas segala Raja.
Apapun masalahnya, dan bagaimanapun problem dan situasi dimana Anda berada, betapa gelapnya kenyataan hidup ini, aku ingin menyampaikan bahwa:
YESUS SUNGGUH MENGASIHIMU

 

Minggu, 18 Maret 2012

Andoy membuat Jesus meneteskan air mata


Ada seorang anak kecil kelas 4 SD yang selalu mengucap syukur dalam keadaan apapun. Ia tinggal di suatu desa Milaor, Camarines Sur,di Negara Filipina. Setiap hari untuk sampai ke sekolahnya ia harus berjalan kaki melintasi daerah yang tanahnya berbatu dan menyeberangi jalan raya yang berbahaya dimana banyak kendaraan yang melaju kencang. Setiap kali berhasil menyeberangi jalan raya tersebut, Andoy selalu mampir sebentar ke Gereja untuk berdoa. Tindakannya ini diamati oleh Pdt. Agaton. Karena merasa terharu dengan sikap Andoy yang lugu dan beriman tersebut. Suatu hari ketika Andoy hendak masuk ke Gereja Pdt. Agaton menyapanya.

Bpk. Pdt : "Selamat pagi Andoy, apa kabarmu? Apakah kamu akan ke sekolah?"
Andoy : "Ya, Bapa Pendeta!" balas Andoy sambil tersenyum.
Bpk.Pdt : "Mulai sekarang saya akan membantu dan menemani kamu menyeberangi jalan raya tersebut setiap kali kamu akan menyeberang.
Andoy : Terima kasih, Bapa Pendeta."
Bpk. Pdt : "sekarang apa yang akan kamu lakukan?"
Andoy : "Aku hanya ingin menyapa Tuhan Yesus... sahabatku."

Lalu Pendeta itu segera meninggalkan Andoy untuk melewatkan waktunya bersama Tuhan, tapi kemudian Pdt. Agaton bersembunyi dibalik altar untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Andoy.
Andoy mulai berbicara kepada Sahabatnya

Andoy : "Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek walaupun teman2ku yang lain melakukannya. Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanyalah kue ini.Terima kasih buat kue ini Tuhan!. aku tadi melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang terakhir buatnya.. lucunya, aku nggak begitu lapar. Lihat, ini sepatuku yang terakhir..mungkin minggu depan aku harus berjalan tanpa sepatu. Engkau tahu Tuhan sepatu ini akan rusak, tapi tak mengapa..yang terpenting aku tetap dapat pergi ke sekolah.

TuhanKu kata orang-orang kami akan mengalami musim panen yang susah bulan ini, karena itu beberapa temanku sudah berhenti sekolah. tolong bantu mereka supaya bisa sekolah lagi.

Oh ya, Engkau tahu Ibu memukulku lagi. Sakit sekali, tetapi aku bersyukur karena masih memiliki seorang ibu. Dan rasa sakit ini pasti akan hilang. Lihatlah lukaku ini Tuhan ??? Aku tahu Engkau mampu menyembuhkannya, disini bekas lukanya (Andoy memegang bekas lukanya) Tolong jangan marahi Ibuku ya..??? memang dia sedang lelah dan kuatir memikirkan kebutuhan makanan juga biaya sekolahku .. Itulah mengapa dia memukulku.

Oh ya..Tuhan. aku rasa aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada seorang gadis yang cantik dikelasku, menurutMu apakah dia akan menyukaiku?

Ah..bagaimanapun juga aku tahu bahwa Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak perlu menjadi siapapun untuk menyenangkan hatiMu. Engkau adalah sahabatku.

Hei.. Tuhan temanku, ulang tahunMu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau gembira? Tunggu saja aku punya hadiah untukMu. tapi ini kejutan dan Aku harap Engkau menyukainya.Ooops aku harus pergi sekarang. Selamat siang"

Kemudian Andoy segera berlari keluar dan memanggil Pendeta Agaton.

Andoy : "Pak Pendeta..pa Pendeta..aku sudah selesai berbicara dengan Sahabatku, Tuhan Yesus, skarang anda bisa menemaniku menyeberang jalan!

Kegiatan tersebut berlangsung setiap hari, Andoy tidak pernah absen sekalipun.

Pendeta Agaton berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya setiap hari Minggu karena dia belum pernah melihat iman dan kepercayaan yang murni kepada Allah dan bersyukur saat situasi yang sulit terjadi seperti yang dimiliki Andoy.

Saat hari Natal tiba, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga dia tidak bisa memimpin gereja dan dirawat di rumah sakit. Pengelolaan Gereja diserahkan kepada 4 wanita tua yang tidak pernah tersenyum, mereka selalu menyalahkan segala sesuatu yang diperbuat orang lain.

Hari itu tgl. 25 Desember ketika 4 wanita tua tadi sedang berada di gereja tiba-tiba masuklah Andoy dan hendak menyapa Sahabatnya.

Andoy: "Halo Tuhan..Aku ...'
4 Wanita : "Kurang ajar kamu bocah !!! Apakah matamu tidak melihat kami sedang berdoa ??!!! Keluar.!!!"

Andoy begitu terkejut, karena tidak pernah ia diusir oleh Pdt.Agaton.

Andoy: "Dimana Bapa Pendeta? Dia seharusnya membantuku menyeberangi jalan raya.. dia selalu menyuruhku mampir lewat pintu belakang Gereja. tidak hanya itu, aku juga harus menyapa Sahabatku, hari ini adalah hari ulang tahunNya, aku punya hadiah untukNya ."

Ketika Andoy hendak mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya, seorang dari keempat wanita itu menarik kerah bajunya dan mendorongnya keluar. Andoy sedih, bigung dan setelah berpikir sebentar ia tidak mempunyai pilihan lain kecuali sendirian menyeberangi jalan raya tersebut.

Di situ ada sebuah tikungan yang tidak terlihat pandangan, sebuah bus melaju dengan kencang dan Andoy mulai menyeberang sambil melindungi hadiah tadi di dalam bajunya, sehingga dia tidak melihat datangnya bus tadi. Tiba-tiba brakkk ... (terdengar bunyi gaduh dan bus tadi berhenti mendadak) Apa yang terjadi? ternyata karena tidak bisa menghindari bus besar tadi Andoy tertabrak dan tewas seketika. Orang-orang disekitarnya berlarian dan mengelilingi tubuh Andoy yang sudah tak bernyawa.

Sedih...Saat itu entah darimana munculnya tiba-tiba datang seorang pria berjubah putih dengan wajah yang lembut namun penuh dengan air mata, ia memeluk tubuh Andoy dan menangis.

Orang-orangpun heran, mereka penasaran lalu bertanya;

Orang-orang : " Maaf Tuan, apakah anda keluarga bocah malang ini ? Apakah anda mengenalnya ?"

Dengan hati yang berduka ia segera berdiri dan berkata : "Anak ini namanya Andoy, Dia adalah sahabatku."

Lalu diambilnya bungkusan hadiah dari dalam baju Andoy dan menaruh didadanya. Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh Andoy. Kerumunan orang tersebut semakin penasaran...

Malam itu, Pendeta Agaton menerima berita yang sungguh mengejutkan. Dia berkunjung ke rumah Andoy. Ketika Pdt. Agaton bertemu dengan orangtua Andoy ia bertanya; "Bagaimana anda mengetahui putera anda meninggal ?" Ibu Andoy menjawab sambil menghapus airmatanya: "Seorang pria berjubah putih yang membawanya kemari." Pdt. Agaton bertanya lagi: "Apa katanya ?"

"Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat berduka. Kami tidak mengenalnya namun dia terlihat sedih, sepertinya Dia mengenal Andoy dengan baik. Tetapi ada suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan mengenai dirinya. Dia menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut. Dia membelai rambut Andoy dan mencium keningnya kemudian Dia membisikkan sesuatu" Jawab ayah Andoy.

Pdt.Agaton ; "Apa yang dikatakannya ?"

Ayah Andoy menjawab; " Dia berkata Terima kasih buat kadonya. Aku akan segera berjumpa denganmu.engkau akan bersamaku." Dan sang Ayah melanjutkan, "Anda tahu kemudian. semuanya itu terasa begitu indah.. aku menangis karena bahagia .. aku tidak dapat menjelaskannya, ketika Dia meninggalkan kami ada suatu kedamaian yang memenuhi hati kami, Aku tahu puteraku sudah berada di Surga sekarang. Tapi Pak Pendeta tolonglah katakan siapakah Pria ini yang selalu bicara dengan puteraku setiap hari di Gerejamu? anda pasti mengenalnya karena anda selalu berada disana setiap hari, kecuali hari ini saat puteraku meninggal¡¨

Tiba-tiba air mata Pendeta Agaton menetes dipipinya, dengan lutut gemetar Pdt. Agaton berbisik, "Dia tidak berbicara dengan siapa-siapa.. kecuali dengan Tuhan Yesus."

Tahukah anda dimana Andoy berada sekarang? Ya ia berada di sorga bersama Tuhan Yesus. Inginkah kita sekalian juga ... berada di sorga nanti ? Ya kita semua menginginkannya.

Andoy memiliki hati yang selalu bersyukur. Walaupun situasi hidup yang dialaminya sulit tetapi ia selalu bergembira karena ia tahu Tuhan Yesus sahabatnya selalu mengasihi dia. Melalui peristiwa tabrakan tadi Tuhan Yesus datang menjemputnya ke sorga

silahkan di bagikan cerita ini untuk mengingatkan atau menyadarkan kita harus selalu bersyukur

Aku akan Menggendongmu Setiap Pagi Sampai Kematian Menjemput

Mungkin Anda akan mencapku sebagai seorang romo yang terlalu cengeng, tapi aku tidak mau menyembunyikan gejolak perasaan kemanusiaanku ketika mencoba membaca dan menterjemahkan kisah ini dalam bahasa Indonesia yang sederhana dan mudah untuk dimengerti. Beberapa kali aku harus berhenti sejenak, merenung bahkan tak terasa rasa sedih menyelimuti seluruh tubuhku atas sentuhan kata-kata yang terangkai dalam kalimat-kalimat penuh makna dalam kisah ini.

Semoga saja kisah ini menjadi bahan pembelajaran bagi teman-teman yang baik sedang merencankan untuk menikah, yang telah hidup dalam pernikahan, tapi terlebih untuk teman-teman yang mengalami goncangan dalam hidup perkawinan mereka saat ini. Percayalah…Tuhan sedang menegur dan mengingatkanmu akan keutuhan dan kekudusan pernikahan lewat kisah yang sedang Anda baca ini.



AKAN KUGENDONG ENGKAU SAMPAI AJAL TIBA


Suatu malam ketika aku kembali ke rumah, istriku menghidangkan makan malam untukku, sambil memegang tangannya aku berkata; “Saya ingin mengatakan sesuatu kepadamu.” Istriku lalu duduk disamping sambil menemaniku menikmati makan malam dengan tenang. Dari raut wajah dan matanya kutahu dia sedang memendam luka batin yang membara.

Tiba-tiba aku tidak tahu harus memulai percakapan dari mana. Kata-kata rasanya berat keluar dari mulutku. Akan tetapi aku harus membiarkan istriku mengetahui apa yang sedang kupikirkan. Aku ingin sebuah perceraian diantara kami. Aku lalu memberanikan diri untuk membicarakannya dengan tenang. Nampaknya dia tidak terganggu sama sekali dengan pembicaraanku, dia malah balik dan bertanya kepadaku dengan tenang, tapi mengapa?

Aku menolak menjawabnya. Ini membuatnya sungguh marah kepadaku. Dia membuang choptiks di tangannya dan mulai berteriak kepadaku, engkau bukan seorang laki-laki sejati.” Malam itu kami tidak saling bertegur sapa. Dia terus menangis dan menangis. Aku tahu bahwa dia ingin mengetahui alasan dibalik keinginanku untuk bercerai. Tetapi aku dapat memberinya sebuah jawaban yang memuaskan; “Dia telah menyebabkan kasih sayangku hilang terhadap Jane (wanita simpananku). Aku tidak mencintainya lagi. Aku hanya kasihan kepadanya.”

Dengan sebuah rasa bersalah yang dalam, aku membuat sebuah pernyataan persetujuan untuk bercerai bahwa dia dapat memiliki rumah kami, mobil dan 30% dari keuntungan perusahaan kami. Dia sungguh marah, merobek kertas itu. Wanita yang telah menghabiskan 10 tahun hidupnya bersamaku kini telah menjadi orang asing di rumah kami, khususnya di hatiku. Aku meminta maaf untuknya, untuk waktunya yang telah terbuang selama 10 tahun bersamaku, untuk semua usaha dan energy yang diberikan kepadaku tapi aku tidak dapat menarik kembali apa yang telah kukatakan kepada Jane bahwa aku sungguh mencintainya. Akhirnya dia menangis dengan suara keras di hadapanku yang mana Aku sendiri berharap melihat terjadi padanya. Bagiku tangisannya tidak mempunyai makna apa-apa. Keinginanku untuk bercerai di hati dan pikiranku telah bulat dan aku harus melakukannya saat itu.

Hari berikutnya, ketika saya kembali ke rumah sedikit larut kutemukan dia sedang menulis sesuatu di atas meja di ruang tidur kami. Aku tidak makan malam tapi langsung pergi tidur karena rasa ngantuk yang tak tertahankan akibat rasa capai sesudah seharian bertemu dengan Jane, wanita idamanku saat itu. Ketika terbangun kulihat dia masih duduk di samping meja itu sambil melanjutkan tulisannya. Aku tidak menghiraukannya dan kembali meneruskan tidurku.
Pagi harinya dia menyerahkan syarat-syarat perceraian yang telah ditulisnya sejak semalam kepadaku; Dia tidak menginginkan sesuatupun dariku, tetapi hanya membutuhkan waktu sebulan sebelum percerain untuk saling memperlakukan sebagai suami-istri dalam arti sebenarnya. Dia memintaku dalam sebulan itu kami berdua harus berjuang untuk hidup normal layaknya suami-istri. Alasannya sangat sederhana;Putra kami akan menjalani ujian dalam bulan itu sehingga dia tidak ingin mengganggunya dengan rencana perceraian kami.”

Aku menyetujui syarat-syarat yang dia berikan. Akan tetapi dia juga meminta beberapa syarat tambahan sebagai berikut; Dalam rentang waktu sebulan itu, aku harus mengingat kembali bagaimana pada permulaan pernikahan kami, aku  harus menggendongnya sambil mengenang kembali saat pesta pernikahan kami. Dia memintaku untuk menggendongnya selama sebulan itu dari kamar tidur sampai di muka pintu depan setiap pagi. Aku pikir dia sudah gila. Akan tetapi, biarlah kucoba untuk membuat hari-hari terakhir kami menjadi indah untuk memenuhi permintaannya kepadaku demi meluluskan perceraian kami.

Aku menceritakan kepada Jane (wanita simpananku) tentang syarat-syarat yang ditawarkan oleh istriku. Jane tertawa terbahak-bahak mendengarnya dan berpikir bahwa itu adalah sesuatu yang aneh dan tak bermakna. Terserah saja apa yang menjadi tuntutannya tapi yang pasti dia akan menghadapi perceraian yang telah  kita rencanakan, demikian kata Jane.

Kami tak lagi berhubungan badan layaknya suami-istri selama waktu-waktu itu. Sehingga sewaktu aku menggendongnya keluar menuju pintu rumah kami pada hari pertama, kami tidak merasakan apa-apa. Putra kami melihatnya dan bertepuk tangan dibelakang kami, sambil berkata, wow…papa sedang menggendong mama. Kata-kata putra kami sungguh membuat luka di hatiku.

Dari tempat tidur sampai di pintu depan aku menggendong dan membawanya sambil tangannya memeluk eratku. Dia menutup mata sambil berkata pelan; “Jangan beritahukan perceraian ini kepada putra kita.” Aku  menurunkannya di depan pintu. Dia lalu pergi ke depan rumah untuk menunggu bus yang akan membawanya ke tempat kerjanya. Sedangkan aku mengendarai mobil sendirian ke kantorku.

Pada hari kedua, kami berdua melakukannya dengan lebih mudah. Dia merapat melekat erat di dadaku. Aku dapat mencium dan merasakan keharuman tubuh dan pakaianya. Aku menyadari bahwa aku tidak memperhatikan wanita ini dengan saksama untuk waktu yang sudah agak lama. Aku menyadari bahwa dia tidak muda lagi seperti dulu. Ada bintik-bintik kecil di raut wajahnya, rambutnya mulai beruban! Perkawinan kami telah membuatnya seperti itu. Untuk beberapa menit aku mencoba merenung tentang apa yang telah kuperbuat kepadanya selama perkawinan kami.
Pada hari yang ke empat, ketika aku menggendongnya, aku merasa sebuah perasaan kedekatan/keintiman yang mulai kembali merebak di relung hatiku yang paling dalam. Inilah wanita yang telah memberi dan mengorbankan 10 tahun kehidupannya untukku. Pada hari keenam dan ketujuh, aku mulai menyadari bahwa kedekatan kami sebagai suami-istri mulai tumbuh kembali di hatiku. Aku tidak mau mengatakan perasaan seperti ini kepada Jane (wanita yang akan kunikahi setelah perceraian kami). Aku pikir ini akan lebih baik karena aku hanya ingin memenuhi syarat yang dia minta agar nantinya aku bisa menikah dengan wanita yang sekarang aku cintai, si Jane.

Aku memperhatikan ketika suatu pagi dia sedang memilih pakaian yang hendak dia kenakan. Dia mencoba beberapa darinya tapi tidak menemukan satu pun yang cocok untuk tubuhnya. Dia lalu sedikit mengeluh, semua pakaianku terasa terlalu besar untuk tubuhku sekarang. Aku kemudian menyadari bahwa dia semakin kurus, dan inilah alasannya mengapa aku dapat dengan mudah menggendongnya pada hari-hari itu.

Tiba-tiba kenyataan itu sangat menusuk dalam di hati dan perasaanku…Dia telah memendam banyak luka dan kepahitan hidup di hatinya. Aku lalu mengulurkan tanganku dan menyentuh kepalanya.

Tiba-tiba putra kami muncul pada saat it dan berkata, Papa, sekarang waktunya untuk menggendong dan membawa mama.” Baginya, menggendong dan membawa ibunya keluar menjadi sesuatu yang penting dalam hidupnya. Istriku mendekati putra kami dan memeluk erat tubuhnya penuh keharuan. Aku memalingkan wajahku ke arah yang berlawanan karena takut situasi istri dan putraku akan mempengaruhi dan mengubah keputusanku untuk bercerai pada saat-saat akhir memenuhi syarat-syaratnya. Aku lalu mengangkatnya dengan kedua tanganku, berjalan dari kamar tidur kami, melalui ruang santai sampai ke pintu depan. Tangannya melingkar erat di leherku dengan lembut dan sangat romantis layaknya suami-istri yang hidupnya penuh kedamaian dan harmonis satu dengan yang lain. Aku pun memeluk erat tubuhnya; dan ini seperti moment hari pernikahan kami 10 tahun yang lalu.

Akan tetapi tubuhnya yang sekarang ringan membuatku sedih. Pada hari terakhir, ketika aku menggendongnya dengan kedua lenganku aku merasa sangat berat untuk menggerakkan  walaupun cuma selangkah ke depan. Putra kami telah pergi ke sekolah. Aku memeluk eratnya sambil berkata, aku tidak pernah memperhatikan selama ini bahwa hidup perkawinan kita telah kehilangan keintiman/keakraban satu dengan yang lain. Aku mengendarai sendiri kendaraan ke kantorku….melompat keluar dari mobilku tanpa mengunci pintunya. Aku sangat takut jangan sampai ada sesuatu yang membuatku mengubah pikiranku. Aku naik ke lantai atas. Jane membuka pintu dan aku berkata kepadanya, Maaf, Jane, Aku tidak ingin menceraikan istriku.

Jane memandangku penuh tanda tanya bercampur keheranan, dan kemudian menyentuh dahiku dengan jarinya. Apakah badanmu panas? Dia berkata. Aku mengelak dan mengeluarkan tangannya dari dahiku. Maaf, Jane, aku tidak akan bercerai. Hidup perkawinanku terasa membosankan karena dia dan aku tidak memakna secara detail setiap moment kehidupan kami, bukan karena kami tidak saling mencintai satu sama lain. Sekarang aku menyadari bahwa sejak aku menggendong dan membawanya setiap pagi, dan terutama kembali mengingat kenangan hari pernikahan kami aku memutuskan untuk tetap akan menggendongnya sampai hari kematian kami tak terpisahkan satu dari yang lain. Jane sangat kaget mendengar jawabanku. Dia menamparku dan kemudian membanting pintu dengan keras dan mulai meraung-raung dalam kesedihan bercampur kemarahan terhadapku. Aku tidak menghiraukannya. Aku menuruni tangga dan mengendarai mobilku pergi menjauhinya. Aku singgah di sebuah tokoh bunga di sepanjang jalan itu, aku memesan bunga untuk istriku. Gadis penjual bunga bertanya apa yang harus kutulis di kartunya. Aku tersenyum dan menulis; “Aku akan menggendongmu setiap pagi sampai kematian menjemput.”


Petang hari ketika aku tiba di rumah, dengan bunga di tanganku, sebuah senyum indah di wajahku, aku berlari kecil menaiki tangga rumahku, hanya untuk bertemu dengan istiriku dan menyerahkan bunga itu sambil merangkulnya untuk memulai sesuatu yang baru dalam perkawinan kami, tapi apa yang kutemukan? Istriku telah meninggal di atas tempat tidur yang telah kami tempati bersama selama 10 tahun pernikahan kami. Istriku telah berjuang melawan kanker ganas yang telah menyerangnya berbulan-bulan tanpa pengetahuanku karena kesibukanku untuk menjalin hubungan asmara dengan Jane. Istriku tahu bahwa dia akan meninggal dalam waktu yang relatif singkat akibat kanker ganas itu, dan ia ingin menyelamatkanku dari apapun pandangan negatif yang mungkin lahir dari putra kami sebagai reaksi atas kebodohanku sebagai seorang suami dan ayah, terutama rencana gila dan bodohku untuk menceraikan wanita yang telah berkorban selama sepuluh tahun mempertahankan pernikahan kami dan demi putra kami…

----sekurang-kurangnnya, di mata putra kami – aku adalah seorang ayah yang penuh kasih dan sayang….demikianlah makna dibalik perjuangan istriku.

Sekecil apapun dari peristiwa atau hal dalam hidup sangat mempengaruhi hubungan kita. Itu bukan tergantung pada uang di bank, mobil atau kekayaan apapun namanya. Semuanya ini bisa menciptakan peluang untuk menggapai kebahagiaan tapi sangat pasti bahwa mereka tidak bisa memberikan kebahagiaan itu dari diri mereka sendiri. Suami-istrilah yang harus saling memberi demi kebahagiaan itu.

Karena itu, selalu dan selamanya jadilah teman bagi pasanganmu dan buatlah hal-hal yang kecil untuknya yang dapat membangun dan memperkuat hubungan dan keakraban di dalam hidup perkawinanmu. Milikilah sebuah perkawinan yang bahagia. Kamu pasti bisa mendapatkannya, kawan!

Jika engkau tidak ingin membagi cerita ini, pasti tidak akan terjadi sesuatu padamu di hari-hari hidupmu.

Akan tetapi, kita engkau mau membagi cerita ini kepada sahabat kenalanmu, maka satu hal yang pasti bahwa Tuhan sedang menggunakanmu untuk  menyelamatkan perkawinan orang lain, terutama mereka yang sekarang mengalami masalah dalam pernikahan mereka.

Kamis, 15 Maret 2012

PROFIL EXODUS


Syallom,


Salam Damai Sejahtera Dalam Nama Yesus Kristus.


UKM PMK Exodus merupakan Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Kristen di lingkungan STMIK Akakom Yogyakarta. Sebagai wadah kegiatan mahasiswa-mahasiswi STMIK Akakom yang beragama Kristen Protestan. UKM ini didirikan pada tanggal 2 Juni 1997 dimana dulunya kegiatan kerohanian mahasiswa-mahasiswi Kristen Protestan dan Katholik menjadi satu dalam satu wadah persekutuan doa. Dari sinilah muncul ide nama untuk UKM Kristen yang bari didirikan ini menjadi "Exodus"' yang terinspirasi dari nama kitab Keluaran. Keanggotaan UKM ini bersifat terbuka artinua setiap mahasiswa/mahasiswi STMIK Akakom yang beragama Kristen Protestan bisa bergabung dan secara otomatis terdaftar sebagai anggota tanpa membedakan latar belakang daerah,donomasi maupun lainnya.